top of page

Pers Belanda dan Jepang

week 3

ree
Do you have a design in mind for your blog? Whether you prefer a trendy postcard look or you’re going for a more editorial style blog - there’s a stunning layout for everyone.

Pers Belanda

Perkembangan sejarah pers Belanda di Hindia Belanda hingga akhir abad ke-19 berkaitan erat dengan masyarakat kolonial. Pada awal abad ke-19 muncul Bataviasche Kolonial Courant.


W. Bruining dari Rotterdam merupakan seorang yang membawa alat percetakan pertama ke Indonesia. Wilayah Indonesia seperti di Pulau Jawa, Pulau Sumatera dan Makassar yang pada saat itu menjadi ibu kota Sulawesi Utara mulai diterbitkan surat kabar. Surat kabar tersebut contohnya di Yogyakarta diterbitkan Mataram dan di Palembang diterbitkan Nieuws en Advertentie blad voor de Residentie Palembang.


Pada akhir abad ke-19 mulai disebarkan karangan-karangan di dalam surat kabar yang bersikap kritis terhadap politik kolonial Belanda di Indonesia. Majalah yang terbit pertama kali yaitu Bondsblad yaitu pada tahun 1897 yang merupakan pembawa suara Indische Bond yang merupakan perkumpulan Indo-Belanda. Surat kabar yang diterbitkan di Jakarta yaitu Nieuws van den Dag voor Nederlandschindie memuat berita yang senonoh dan kritikan terhadap pemerintah kolonial. rat kabar kedua di Surabaya sebagai kota kedua yang penting dalam perkembangan pers Belanda, menjadi tempat terbit Het Soerabaiaasch Handelsblad yang didukung oleh pengusaha pabrik gula Belanda di Jawa Timur. Kota ketiga yaitu Semarang, orang belanda terpusat pada bagaimana membangun kota Semarang. Kota semarang dikenal sebagai tempat lahirnya gagasan sosialisme yang mengadakan program perbaikan dan perluasan kota.


Pers dan Teknik Propaganda Jepang

1. Acuan dasar propaganda

Dalam rangka memperlancar proses implementasi kebijakan di daerah Jawa, Jepang melakukan propaganda. Propaganda dinilai sebagai sebuah cara yang mampu mengindoktrinasi rakyat Indonesia terutama pulau Jawa sebagai kawan untuk melakukan kerjasama dengan Jepang. Maka dari itu, departemen yang paling independen (Sendenbu) dibentuk di dalam pemerintahan militer (Guinsenkanbu). Departemen Propaganda ini dibentuk pada tahun 1942 dan mempunyai tanggung jawab terhadap propaganda dan informasi yang menyangkut pemerintahan sipil. Terdapat beberapa organisasi propaganda pada waktu itu, seperti misalnya Jawa Hōsō Kanrikyoku (berfungsi sebagai siaran domestik yang dikelola langsung oleh NHK), Jawa Shinbunkai (berfungsi sebagai penerbit surat kabar yang dikelola langsung oleh Asahi Shinbun), Kantor Berita Dōmei (sebagai korespondensi), Jawa Engekai Kyōkai (produksi seni teater), Nihon Eigasha atau Nichi’ei (produksi film), dan Eiga Kyusha atau Eihai (distribusi film). Adapun sebuah organisasi yang berada di luar Sendenbu yaitu Keimin Bunka Shidōsho yang bertujuan mempromosikan kesenian tradisional Indonesia, memperkenalkan dan menyebarkan kebudayaan Jepang serta melatih seniman Indonesia


2. Organisasi Propaganda Lokal


Untuk memperluas dan mempercepat proses penyebaran propaganda, maka Jepang membuat yang Unit Distrik. Unit Distrik tersebar di 6 kota besar yaitu Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Malang. Dalam setiap Unit Distrik meliputi 3-4 karesidenan


3. Profil Para Propagandis

Kedudukan tertinggi yang dijabat oleh seorang sipil yaitu Kepala Seksi Propaganda (Sendenka - Cho) yang bertanggung jawab atas kegiatan propaganda yang dilakukan sehari-hari. Dibawahnya, terdapat dua kategori yaitu pertama berisi orang-orang yang sama seperti Shimizu, dimana mereka ahli dalam melakukan propaganda serta menentukan rencana. Kedua, kelompok yang terdiri dari spesialis bidang tertentu yang disebut bunka-jin. Selain itu, staf Sendenbu Indonesia juga dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu pertama orang-orang Indonesia yang direkrut berdasarkan karir mereka sebelum perang, orientasi politik, kedudukan, kharismatik dan agitatif serta kemampuan berpidato. Kedua, kelompok penulis dan seniman


4. Rancangan Propaganda dan Media

1. Drama

2. Wayang

3. Tari-tarian

4. Kamishibai

5. Nyanyian

6. Radio


Evaluasi Propaganda Jepang


Adapun tema-tema propaganda Jepang yang coba diterapkan di Indonesia. Pertama, pemerintahan Jepang berfokus dapat keyakinan rakyat terhadap kedudukan Jepang, menghilangkan persepsi buruk (anti-Jepang) terhadap Jepang. Kedua, setelah mendapat keyakinan dan kepercayaan rakyat Indonesia, Jepang berfokus pada tema untuk mengeksploitasi Indonesia pada sektor ekonomi (Kapitalisme). Terakhir, untuk mengembalikan dan mempertahankan kedudukannya, Jepang menambahkan sub-tema dalam propagandanya yaitu, hiburan. Dikatakan bahwa hiburan diperoleh sama, baik Jepang maupun penduduk (rakyat Indonesia).


Namun, propaganda Jepang dapat dikatakan tidak berdampak luas. Propaganda Jepang hanya berdampak kepada kaum tak terpelajar, yang tinggal di pedesaan, sehingga mudah terpengaruh oleh propaganda tersebut. Maka dari itu, Jepang tidak jarang memenjarakan atau mengasingkan tokoh-tokoh perjuangan yang notabenenya, merupakan kaum terpelajar. Untuk mencegah adanya diskusi yang dapat menyudutkan Jepang

 
 
 

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page